PENDEKATAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) DENGAN TEKNIK BIBLIOTHERAPY SEBAGAI INTERVENSI DALAM KONSELING KELOMPOK
Cicilia
Any Tyastuti
SMP Santo Bernardus Madiun
email:
@gmail.com
Abstrak: Konseling
kelompok dapat dijadikan sebagai sarana untuk membantu individu dalam mencapai
perkembangan dan bantuan untuk mengatasi persoalan psikologis. Cognitive
behavior therapy sebagai pendekatan dalam pelaksanaan layanan konseling
kelompok dapat pula dijadikan sebagai sarana modifikasi perilaku individu untuk
menentang pikiran (dan emosi) yang salah. Bibliotherapy sebagai sebuah teknik
dalam kegiatan layanan konseling kelompok menjadi salah satu alternatif
kebutuhan menangani permasalahan perkembangan individual dalam kehidupan
bermasyarakat. Bibliotherapy mencakup tiga tahapan yang berfokus pada
identifikasi, katarsis, dan wawasan. Individu mengidentifikasi bacaan yang
disesuaikan dengan karakter, berkaitan dengan masalah yang dihadapi, dan
pengalaman yang menuju pada pelepasan katarsis. Metode dalam artikel ini
menggunakan studi literatur dan kajian penelitian terkait. Artikel ini dapat
dijadikan sebagai referensi peneliti selanjutnya untuk membangun kerangka kerja
teoritis dan metodologi.
Kata kunci:
CBT, Bibliotherapy, Konseling Kelompok
PENDAHULUAN
Konseling
kelompok dapat dijadikan sebagai sarana untuk membantu individu dalam mencapai perkembangan, serta menjadi salah
satu bantuan untuk mengatasi persoalan psikologis. Konseling kelompok bertujuan
membantu mempercepat dan memperlancar penyelesaian masalah yang dihadapi siswa
(Wibowo, 2005). Konseling kelompok adalah suatu bantuan kepada individu dalam
situasi kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, serta diarahkan pada
pemberian kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhannya (Kurnanto, 2013).
Cognitive
Behavior Therapy (CBT) adalah salah satu pendekatan yang paling populer di
setting konseling kelompok. Pendekatan ini juga dapat digunakan untuk memenuhi
persyaratan pencapaian tujuan dalam konseling kelompok (Corey, 2013). CBT cocok
untuk terapi kelompok karena anggotanya diajarkan untuk menerapkan asas-asasnya
satu sama lain dalam kelompok. Ellis (Corey, 2013) merekomendasikan agar saat
menggunakan format (konseling) kelompok berfokus pada teknik spesifik untuk
mengubah pikiran mengalahkan diri klien dalam berbagai situasi konkret. Selain
memodifikasi keyakinan, pendekatan ini membantu anggota kelompok melihat
bagaimana kepercayaan mereka memengaruhi apa yang mereka rasakan dan apa yang
mereka lakukan. Oleh karena itu, salah satu yang dapat menjadi teknik dalam
konseling kelompok pendekatan CBT adalah teknik Bibliotherapy.
Bibliotherapy merupakan salah satu teknik penggunaan
literatur untuk membantu individu dalam menangani masalah kesehatan mental
sertamasalah transisi kehidupan (White & Nancy, 2011). Bibliotherapy
ini mencakup tugas membaca terhadap bahan bacaan yang terseleksi, terencana,
dan terarah sebagai suatu prosedur treatment atau tindakan dengan tujuan penyembuhan
karena diyakini bahwa pembaca dapat mempengaruhi sikap, perasaan, dan perilaku
individu sesuai dengan yang diharapkan. Menurut Shrodes (White & Nancy, 2011)
bibliotherapy dapat digunakan dalam konteks individu atau kelompok.
Dalam konteks kelompok, intervensi ini membantu dalam mengembangkan aliansi
bekerja konselor dan klien, kepercayaan, kohesi kelompok, eksplorasi diri,
wawasan, dan pertumbuhan. Banyak informasi yang dapat diperoleh melalui
kegiatan membaca bersama dan membaca buku yang ditugaskan. Membaca bukan hanya
sekedar untuk mendapatkan informasi pelajaran dan sember kecerdasan, tetapi
dengan membaca dapat dijadikan sebagi sumber dalam pengentasan masalah,
buku-buku tersebut dapat dijadikan pedoman untuk mencari solusi dalam pemecahan
masalah.
Berdasarkan
pendekatan CBT bahwa mempersepsikan proses bibliotherapy sebagai mekanisme
utama dari proses belajar, dan bahan bacaan yang mendidik dapat sebagai bentuk bantuan
mengatasi masalah individu (Shechtman, 2009). Asumsi dasar CBT adalah bahwa cara yang
penting untuk menghasilkan perubahan yang berlangsung dalam emosi disfungsional
dan perilaku untuk mengubah kesalahan dan disfungsional berpikir. Sehingga
melalui bibliotherapy individu dapat belajar
untuk perubahan pola pikir negatif menjadi sehat yang, menghasilkan perilaku konstruktif
positif. Selanjutnya, bibliotherapy sebagai sebuah teknik dalam kegiatan
layanan konseling kelompok menjadi salah satu alternatif kebutuhan menangani
permasalahan perkembangan individual dalam kehidupan bermasyarakat mereka.
Bibliotherapy sering disebut juga terapi membaca, yang didalam prosesnya
seseorang yang mengalami masalah diminta membaca buku-buku yang bersifat membantu
dirinya dan memotivasi agar mempercepat penyembuhan.
Membaca individu sesuai dengan yang mengenai
kesulitan orang lain yang sama dengan mereka, dapat memberikan kesadaran dan
pemahaman terhadap masalah yang dihadapinya (Solikin, 2015).
Hasil
penelitian Riyahinia, dkk. (2015) menunjukkan bahwa bibliotherapy
berkelompok memiliki dampak yang signifikan terhadap self esteem anak-anak.
Selanjutnya, penelitian Shechtman & Rivka (2015) menunjukkan bahwa bibliotherapy
afektif dapat menjadi metode yang efektif dalam terapi kelompok. Penggunaan
diharapkan. Menurut Shrodes (White & Nancy, 2011: 12).
Penggunaan
teknik bibliotherapy sebagai salah satu teknik dalam konseling kelompok
pendekatan CBT guna menangani permasalahan
pada individu perlu
dipertimbangkan. Hal ini disebabkan karena teknik bibliotherapy
dapat merangsang individu untuk berfikir, mudah, murah, dan dapat dilakukan
kapan saja serta melibatkan kemandirian dan partisipasi remaja sendiri secara
penuh sehingga efektivitas hasilnya cukup baik.
Oleh
karena itu, dengan mengintegrasikan bibliotherapy
ke dalam proses konseling kelompok pendekatan CBT, konseli atau siswa akan
mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi secara dinamis, yang menekankan
respon emosional yang diberikan melalui bahanbahan tertulis dan bertujuan untuk
membantu individu mengenali, dan mengevaluasi masalah yang ada khususnya
masalah individu.
METODE
Jenis
Penelitian ini merupakan studi literatur dan kepustakaan dengan analisis
kualitatif. Yaitu penelitian yang dilakukan dengan menelaah dari berbagai
sumber referensi yang relevan, kemudian mensandikingkan dengan berbagai
referensi teori dan hasil penelitian serta memberikan hasil temuan pemikiran
yang dapat dijadikan sebagai rujukan dalam meneliti selanjutnya.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Istilah bibliotherapy
berasal dari bahasa Yunani, yaitu biblus berarti buku, dan therapy yaitu
upaya bantuan psikologis, oleh karena itu bibliotherapy dapat didefinisikan
sebagai penggunaan buku-buku untuk membantu memecahkan masalah. Bibliotherapy
merupakan penyembuhan. Membaca sebuah terapi mengenai kesulitan orang lain yang
sama dengan mereka, dapat memberikan kesadaran dan pemahaman terhadap masalah
yang dihadapinya. Lewat membaca seseorang bisa mengenali dirinya. Informasi dan
pengetahuan yang diperoleh dari kegiatan membaca menjadi masukan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi seseorang. Saat membaca, pembaca
menginterpretasi ekspresif yang didalamnya terdapat hubungan individu dengan
isi atau intisari buku, puisi dan tulisan lain sebagai sebuah terapi (Eliasa,
2012).
Dalam
pendekatan Cognitive Behavior Therapy, teknik bibliotherapy
mempersepsikan kegiatan membaca sebagai mekanisme utama perubahan proses belajar.
Dalam pendekatan CBT, dapat dilakukan dalam tertentu dalam format bibliotherapy
(Corey, 2013). Keuntungan dari biblioteraphy, seperti efektivitas biaya,
ketersediaan yang meluas, dan potensi menjangkau spektrum populasi yang luas.
Pendekatan bibliotherapy memiliki dukungan empiris untuk pengobatan depresi,
karena berbagai gangguan kecemasan, dan untuk berbagai masalah klinis (Jacobs
dalam Corey, 2013).
Menurut
Pardeck (dalam Chairani, 2015) bibliotherapy adalah penatalaksanaan
kesehatan mental dengan menggunakan buku untuk membantu meningkatkan coping
terhadap perubahan, masalah emosional dan mental. Bibliotherapy adalah
teknik yang memanfaatkan pembacaan buku literatur (Sclabassi, 2012). Keyakinan
dalam membaca dapat mempengaruhi sikap individu, perasaan, dan perilaku adalah
setua membaca itu sendiri. Bibliotherapy
melibatkan pembacaan buku yang dipilih, direncanakan dan dilakukan
sebagai prosedur pelaksanaannya dengan tujuan terapeutik (Sclabassi, 2012).
Bibliotherapy menawarkan konselor strategi
kreatif dan pengalaman. Konselor dapat menggunakan teknik bibliotherapy
sebagai intervensi untuk memfasilitasi klien dalam memperoleh keakraban,
mengidentifikasi keunikan pribadi, dan perasaan konseli (White & Nancy,
2011). Bibliotherapy juga dapat
digunakan sebagai mekanisme terapi untuk membantu membangun hubungan konseling,
mengeksplorasi isu-isu gaya hidup dan karir, untuk mempromosikan wawasan dan
kesadaran, dan reorientasi dan mengajar kembali (Jackson dalam White & Nancy,
2011). Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa bibliotherapy
adalah dimana seseorang yang mengalami masalah diminta membaca buku-buku yang
bersifat memotivasi, menginspirasi, dan membantu dirinya agar mempercepat penyembuhan.
Menurut
Novitawati (2011) intervensi bibliotherapy dikelompokkan dalam empat
tingkatan, yaitu intelektual, sosial, perilaku, dan emosional. Pada tingkat
intelektual individu memperoleh pengetahuan tentang perilaku yang dapat
memecahkan masalah, membantu pengertian diri, serta mendapatkan wawasan
intelektual. Selanjutnya, individu dapat
layanan konseling menyadari ada banyak
pilihan dalam menangai masalah.
Pada
tingkat sosial, individu dapat mengasah kepekaan sosialnya. Ia dapat melampaui
bingkai referensinya sendiri melalui imajinasi orang lain. Teknik ini dapat
menguatkan pola-pola sosial, budaya, menyerap nilai kemanusiaan dan saling
memiliki.
Pada tingkat perilaku individu akan mendapatkan
kepercayaan diri untuk membicarakan masalah-masalah yang sulit didiskusikan
akibat perasaan takut, malu, dan bersalah. Lewat membaca, individu didorong
untuk diskusi tanpa rasa malu akibat rahasia pribadinya terbongkar.
Pada
tingkat emosional, individu dapat terbawa perasaannya dan mengembangkan kesadaran
menyangkut wawasan emosional. Teknik ini dapat menyediakan solusi-solusi terbaik
dari rujukan masalah sejenis yang telah dialami orang lain sehingga merangsang kemauan
yang kuat pada individu untuk memecahkan masalahnya.
Dalam
keterkaitan dengan masalah perilaku pada individu, konseling kelompok CBT
dengan teknik Bibliotherapy adalah bantuan berkelompok yang menggunakan
literatur seperti buku atau karya sastra untuk membantu anggota kelompok
mengatasi masalah yang dialaminya. Dengan memanfaatkan dinamika kelompok dalam
konseling kelompok, diharapkan membaca dapat membantu individu memahami diri
dan lingkungan, belajar dari orang lain, dan mungkin menemukan solusi untuk
masalah mereka.
Bibliotherapy diimplementasikan dalam konseling
kelompok sehingga pembaca (anggota kelompok) menjadi pribadi yang terlibat
dengan situasi dan karakter dalam buku, dan masalah yang ditangani.
Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam konseling kelompok CBT teknik bibliotherapy,
antara lain:
a.
Tahap
Pembentukan, yaitu tahap untuk membentuk sejumlah individu menjadi satu
kelompok yang siap mengembangkan dinamika kelompok untuk mencapai tujuan
bersama. Lebih khusus yang dilakukan dalam tahap ini diantaranya, yaitu
identifikasi kebutuhan anggota kelompok, menentukan waktu yang diperlukan, dan
merumuskan tujuan utama kelompok.
b.
Tahap
Peralihan, yaitu tahap untuk mengalihkan kegiatan awal kelompok ke kegiatan
berikutnya yang lebih terarah pada pencapaian tujuan kelompok.
c.
Tahap
Kegiatan, yaitu tahap “kegiatan inti” untuk membahas dan mengentaskan masalah pribadi
anggota kelompok. Yang dilakukan dalam tahap ini diantaranya: awali kegiatan
dengan memberikan motivasi dan membuat rasa nyaman dalam kelompok, setelah
merasa nyaman, diskusikan tema buku secara umum, menentukan bahan yang tepat
dengan kebutuhan, membahas maksud utama dalam buku, masalah, dan solusi lain
yang mungkin untuk masalah yang dialaminya.
d.
Tahap
Penutupan, yaitu tahapan akhir kegiatan untuk melihat kembali apa yang sudah
dilakukan dan dicapai oleh kelompok. Pada
akhir pertemuan masing-masing peserta akan menyebutkan secara singkat bagaimana
perasaan tentang proses kelompok serta merencanakan kegiatan selanjutnya.
Penerapan
pendekatan Cognitive Behavior Therapy dengan teknik bibliotherapy,
individu yang membaca buku dapat memahami apa yang harus dilakukan sebab
pengaruh dari oleh bacaan dan literatur yang memberi banyak informasi dan dapat
memotivasi. Selain itu, membaca dapat merubah perasaan, memberikan pemahaman baru
dan meningkatkan kemungkinan bahwa individu akan melaksanakan perilaku baru dan diinginkan.
SIMPULAN DAN SARAN
Dari
penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa konseling kelompok CBT dengan
teknik bibliotherapy dapat menjadi salah satu alternatif dalam upaya
mengatasi masalah individu. Tujuan utama konseling kelompok CBT dengan teknik bibliotherapy
adalah untuk memberikan informasi guna mengembangkan rasa yang lebih positif
dari diri mereka sendiri, belajar tentang dunia, mengatasi stres, memberikan
wawasan terhadap suatu masalah, menegaskan pikiran dan perasaan, merangsang diskusi
tentang masalah, menciptakan kesadaran orang lain yang memiliki masalah yang
sama, memberikan solusi untuk masalah, mengkomunikasikan nilai-nilai dan sikap
baru, dan menemukan makna dalam kehidupan yang terkait dengan perilaku yang
merugikan.
Pendekatan ini fokus
pada pemahaman dan perubahan pola pikir atau
kognisi konseli. Terapis bekerja bersama klien
untuk mengidentifikasi pemikiran negatif atau distorsi kognitif dan
menggantinya dengan pemikiran yang lebih sehat dan realistis. Kemampuan
kognitif yang baik juga berdampak pada strategi belajar konseli. Konseli
dengan perkembangan kognitif yang kuat cenderung mampu mengatur waktu belajar
mereka, dan menggunakan metode pembelajaran yang lebih efektif. Hal ini dapat berkontribusi pada pencapaian prestasi
belajar yang lebih tinggi.
DAFTAR PUSATAKA
Chairani, Nabila. (2015).
“Potensi Bibliotherapy dalam Mengurangi Kecemasan Akibat Hospitalisasi Pada
Anak Usia Sekolah”. Jurnal BIMIKI, 3 (1) ISSN 2338-4700.
Corey, Gerald. (2013). Theory
and Practice of Counseling and Psychotherapy (9th edition). California:
Brooks/Cole.
Eliasa. (2007). “Bibliotherapy
Bertema Karir Untuk Meningkatkan Motivasi Karir Pada Mahasiswa Program Studi
Bimbingan dan Konseling”. Jurnal Universitas Negeri Yogyakarta, hlm 1-14.
Kurnanto, Edi. (2013). Konseling
Kelompok. Bandung: ALFABETA.
Shechtman, Zipora & Rivka
Nir–Shfrir. (2008). “The Effect of Affective Bibliotherapy on Clients Functioning
in Group Therapy”. International Journal
of Group Psychotherapy, 58 (1).
Novitawati. (2011). “Pengaruh
Rational Bibliotherapy terhadap penurunan perilaku Merokok dengan
Transtheoritical Model of Behaviour Change sebagai Acuan Pengukuran”. Jurnal
Anima, 16 (3).
Riyahinia, Makarem, Farajipoor,
Haseli. (2015). “The Impact of Group Bibliotherapy on the Self-Esteem of
Children Abused by Work Labor”. Journal of research Iranian counseling
association, Volume 14, Number 54 (7-2015) 2015, 14(54): 111126.
Solikin, Asep. (2015).
“Bibliotherapy Sebagai Sebuah Teknik Dalam Layanan Bimbingan Dan Konseling”. Anterior
Jurnal, 14 (2), 154 – 161.
White, Suzanne Degges, Nancy L.
Davis. (2012). Integrating the Expressive Arts
Into Counseling Practice Theory-Based Interventions. USA: Richie Herink
and Paul Richard Herink.
Wibowo. Mungin Eddy. (2005).
Konseling Kelompok Perkembangan. Semarang: Unnes Press.
Sclabassi, Sharon Henderson. (2012).
Bibliotherapy. Psychotherapy Guidebook : International Psychotherapy Institute.