Kamis, 22 Februari 2024

Pendekatan Cognitive Behavior Theraphy ( CBT ) dengan teknik Bibliotherapy sebagai intevensi dalam konseling kelompok

  PENDEKATAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) DENGAN TEKNIK BIBLIOTHERAPY SEBAGAI INTERVENSI DALAM KONSELING KELOMPOK

 

Cicilia Any Tyastuti

SMP Santo Bernardus Madiun

email: @gmail.com

 

Abstrak: Konseling kelompok dapat dijadikan sebagai sarana untuk membantu individu dalam mencapai perkembangan dan bantuan untuk mengatasi persoalan psikologis. Cognitive behavior therapy sebagai pendekatan dalam pelaksanaan layanan konseling kelompok dapat pula dijadikan sebagai sarana modifikasi perilaku individu untuk menentang pikiran (dan emosi) yang salah. Bibliotherapy sebagai sebuah teknik dalam kegiatan layanan konseling kelompok menjadi salah satu alternatif kebutuhan menangani permasalahan perkembangan individual dalam kehidupan bermasyarakat. Bibliotherapy mencakup tiga tahapan yang berfokus pada identifikasi, katarsis, dan wawasan. Individu mengidentifikasi bacaan yang disesuaikan dengan karakter, berkaitan dengan masalah yang dihadapi, dan pengalaman yang menuju pada pelepasan katarsis. Metode dalam artikel ini menggunakan studi literatur dan kajian penelitian terkait. Artikel ini dapat dijadikan sebagai referensi peneliti selanjutnya untuk membangun kerangka kerja teoritis dan metodologi.

 

Kata kunci: CBT, Bibliotherapy, Konseling Kelompok

 

PENDAHULUAN


Konseling kelompok dapat dijadikan sebagai sarana untuk membantu individu dalam  mencapai perkembangan, serta menjadi salah satu bantuan untuk mengatasi persoalan psikologis. Konseling kelompok bertujuan membantu mempercepat dan memperlancar penyelesaian masalah yang dihadapi siswa (Wibowo, 2005). Konseling kelompok adalah suatu bantuan kepada individu dalam situasi kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, serta diarahkan pada pemberian kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhannya (Kurnanto, 2013).

Cognitive Behavior Therapy (CBT) adalah salah satu pendekatan yang paling populer di setting konseling kelompok. Pendekatan ini juga dapat digunakan untuk memenuhi persyaratan pencapaian tujuan dalam konseling kelompok (Corey, 2013). CBT cocok untuk terapi kelompok karena anggotanya diajarkan untuk menerapkan asas-asasnya satu sama lain dalam kelompok. Ellis (Corey, 2013) merekomendasikan agar saat menggunakan format (konseling) kelompok berfokus pada teknik spesifik untuk mengubah pikiran mengalahkan diri klien dalam berbagai situasi konkret. Selain memodifikasi keyakinan, pendekatan ini membantu anggota kelompok melihat bagaimana kepercayaan mereka memengaruhi apa yang mereka rasakan dan apa yang mereka lakukan. Oleh karena itu, salah satu yang dapat menjadi teknik dalam konseling kelompok pendekatan CBT adalah teknik Bibliotherapy.

Bibliotherapy merupakan salah satu teknik penggunaan literatur untuk membantu individu dalam menangani masalah kesehatan mental sertamasalah transisi kehidupan (White & Nancy, 2011). Bibliotherapy ini mencakup tugas membaca terhadap bahan bacaan yang terseleksi, terencana, dan terarah sebagai suatu prosedur treatment atau tindakan dengan tujuan penyembuhan karena diyakini bahwa pembaca dapat mempengaruhi sikap, perasaan, dan perilaku individu sesuai dengan yang diharapkan. Menurut Shrodes (White & Nancy, 2011) bibliotherapy dapat digunakan dalam konteks individu atau kelompok. Dalam konteks kelompok, intervensi ini membantu dalam mengembangkan aliansi bekerja konselor dan klien, kepercayaan, kohesi kelompok, eksplorasi diri, wawasan, dan pertumbuhan. Banyak informasi yang dapat diperoleh melalui kegiatan membaca bersama dan membaca buku yang ditugaskan. Membaca bukan hanya sekedar untuk mendapatkan informasi pelajaran dan sember kecerdasan, tetapi dengan membaca dapat dijadikan sebagi sumber dalam pengentasan masalah, buku-buku tersebut dapat dijadikan pedoman untuk mencari solusi dalam pemecahan masalah.

Berdasarkan pendekatan CBT bahwa mempersepsikan proses bibliotherapy sebagai mekanisme utama dari proses belajar, dan bahan bacaan yang mendidik dapat sebagai bentuk bantuan mengatasi masalah  individu  (Shechtman, 2009).  Asumsi dasar CBT adalah bahwa cara yang penting untuk menghasilkan perubahan yang berlangsung dalam emosi disfungsional dan perilaku untuk mengubah kesalahan dan disfungsional berpikir. Sehingga melalui bibliotherapy  individu dapat belajar untuk perubahan pola pikir negatif menjadi sehat yang, menghasilkan perilaku konstruktif positif. Selanjutnya, bibliotherapy sebagai sebuah teknik dalam kegiatan layanan konseling kelompok menjadi salah satu alternatif kebutuhan menangani permasalahan perkembangan individual dalam kehidupan bermasyarakat mereka. Bibliotherapy sering disebut juga terapi membaca, yang didalam prosesnya seseorang yang mengalami masalah diminta membaca buku-buku yang bersifat membantu dirinya dan memotivasi agar mempercepat  penyembuhan. Membaca individu sesuai dengan yang  mengenai kesulitan orang lain yang sama dengan mereka, dapat memberikan kesadaran dan pemahaman terhadap masalah yang dihadapinya (Solikin, 2015).

Hasil penelitian Riyahinia, dkk. (2015) menunjukkan bahwa bibliotherapy berkelompok memiliki dampak yang signifikan terhadap self esteem anak-anak. Selanjutnya, penelitian Shechtman & Rivka (2015) menunjukkan bahwa bibliotherapy afektif dapat menjadi metode yang efektif dalam terapi kelompok. Penggunaan diharapkan. Menurut Shrodes (White & Nancy, 2011: 12).

Penggunaan teknik bibliotherapy sebagai salah satu teknik dalam konseling kelompok pendekatan CBT guna menangani permasalahan  pada individu perlu  dipertimbangkan. Hal ini disebabkan karena teknik bibliotherapy dapat merangsang individu untuk berfikir, mudah, murah, dan dapat dilakukan kapan saja serta melibatkan kemandirian dan partisipasi remaja sendiri secara penuh sehingga efektivitas hasilnya cukup baik.

Oleh karena itu, dengan  mengintegrasikan bibliotherapy ke dalam proses konseling kelompok pendekatan CBT, konseli atau siswa akan mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi secara dinamis, yang menekankan respon emosional yang diberikan melalui bahanbahan tertulis dan bertujuan untuk membantu individu mengenali, dan mengevaluasi masalah yang ada khususnya masalah individu.

 

METODE


Jenis Penelitian ini merupakan studi literatur dan kepustakaan dengan analisis kualitatif. Yaitu penelitian yang dilakukan dengan menelaah dari berbagai sumber referensi yang relevan, kemudian mensandikingkan dengan berbagai referensi teori dan hasil penelitian serta memberikan hasil temuan pemikiran yang dapat dijadikan sebagai rujukan dalam meneliti selanjutnya.

 

HASIL DAN PEMBAHASAN 


Istilah  bibliotherapy  berasal dari bahasa Yunani, yaitu biblus berarti buku, dan therapy yaitu upaya bantuan psikologis, oleh karena itu bibliotherapy dapat didefinisikan sebagai penggunaan buku-buku untuk membantu memecahkan masalah. Bibliotherapy merupakan penyembuhan. Membaca sebuah terapi mengenai kesulitan orang lain yang sama dengan mereka, dapat memberikan kesadaran dan pemahaman terhadap masalah yang dihadapinya. Lewat membaca seseorang bisa mengenali dirinya. Informasi dan pengetahuan yang diperoleh dari kegiatan membaca menjadi masukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi seseorang. Saat membaca, pembaca menginterpretasi ekspresif yang didalamnya terdapat hubungan individu dengan isi atau intisari buku, puisi dan tulisan lain sebagai sebuah terapi (Eliasa, 2012).

Dalam pendekatan Cognitive Behavior Therapy, teknik bibliotherapy mempersepsikan kegiatan membaca sebagai mekanisme utama perubahan proses belajar. Dalam pendekatan CBT, dapat dilakukan dalam tertentu dalam format bibliotherapy (Corey, 2013). Keuntungan dari biblioteraphy, seperti efektivitas biaya, ketersediaan yang meluas, dan potensi menjangkau spektrum populasi yang luas. Pendekatan bibliotherapy memiliki dukungan empiris untuk pengobatan depresi, karena berbagai gangguan kecemasan, dan untuk berbagai masalah klinis (Jacobs dalam Corey, 2013).

Menurut Pardeck (dalam Chairani, 2015) bibliotherapy adalah penatalaksanaan kesehatan mental dengan menggunakan buku untuk membantu meningkatkan coping terhadap perubahan, masalah emosional dan mental. Bibliotherapy adalah teknik yang memanfaatkan pembacaan buku literatur (Sclabassi, 2012). Keyakinan dalam membaca dapat mempengaruhi sikap individu, perasaan, dan perilaku adalah setua membaca itu sendiri. Bibliotherapy  melibatkan pembacaan buku yang dipilih, direncanakan dan dilakukan sebagai prosedur pelaksanaannya dengan tujuan terapeutik (Sclabassi, 2012).

Bibliotherapy menawarkan konselor strategi kreatif dan pengalaman. Konselor dapat menggunakan teknik bibliotherapy sebagai intervensi untuk memfasilitasi klien dalam memperoleh keakraban, mengidentifikasi keunikan pribadi, dan perasaan konseli (White & Nancy, 2011). Bibliotherapy  juga dapat digunakan sebagai mekanisme terapi untuk membantu membangun hubungan konseling, mengeksplorasi isu-isu gaya hidup dan karir, untuk mempromosikan wawasan dan kesadaran, dan reorientasi dan mengajar kembali (Jackson dalam White & Nancy, 2011). Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa bibliotherapy adalah dimana seseorang yang mengalami masalah diminta membaca buku-buku yang bersifat memotivasi, menginspirasi, dan membantu dirinya agar mempercepat penyembuhan.

Menurut Novitawati (2011) intervensi bibliotherapy dikelompokkan dalam empat tingkatan, yaitu intelektual, sosial, perilaku, dan emosional. Pada tingkat intelektual individu memperoleh pengetahuan tentang perilaku yang dapat memecahkan masalah, membantu pengertian diri, serta mendapatkan wawasan intelektual. Selanjutnya,  individu dapat layanan  konseling menyadari ada banyak pilihan dalam menangai masalah.

Pada tingkat sosial, individu dapat mengasah kepekaan sosialnya. Ia dapat melampaui bingkai referensinya sendiri melalui imajinasi orang lain. Teknik ini dapat menguatkan pola-pola sosial, budaya, menyerap nilai kemanusiaan dan saling memiliki.

Pada  tingkat perilaku individu akan mendapatkan kepercayaan diri untuk membicarakan masalah-masalah yang sulit didiskusikan akibat perasaan takut, malu, dan bersalah. Lewat membaca, individu didorong untuk diskusi tanpa rasa malu akibat rahasia pribadinya terbongkar.

Pada tingkat emosional, individu dapat terbawa perasaannya dan mengembangkan kesadaran menyangkut wawasan emosional. Teknik ini dapat menyediakan solusi-solusi terbaik dari rujukan masalah sejenis yang telah dialami orang lain sehingga merangsang kemauan yang kuat pada individu untuk memecahkan masalahnya.

Dalam keterkaitan dengan masalah perilaku pada individu, konseling kelompok CBT dengan teknik Bibliotherapy adalah bantuan berkelompok yang menggunakan literatur seperti buku atau karya sastra untuk membantu anggota kelompok mengatasi masalah yang dialaminya. Dengan memanfaatkan dinamika kelompok dalam konseling kelompok, diharapkan membaca dapat membantu individu memahami diri dan lingkungan, belajar dari orang lain, dan mungkin menemukan solusi untuk masalah mereka.

Bibliotherapy diimplementasikan dalam konseling kelompok sehingga pembaca (anggota kelompok) menjadi pribadi yang terlibat dengan situasi dan karakter dalam buku, dan masalah yang ditangani. Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam konseling kelompok CBT teknik bibliotherapy, antara lain:

a.   Tahap Pembentukan, yaitu tahap untuk membentuk sejumlah individu menjadi satu kelompok yang siap mengembangkan dinamika kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Lebih khusus yang dilakukan dalam tahap ini diantaranya, yaitu identifikasi kebutuhan anggota kelompok, menentukan waktu yang diperlukan, dan merumuskan tujuan utama kelompok.

b.   Tahap Peralihan, yaitu tahap untuk mengalihkan kegiatan awal kelompok ke kegiatan berikutnya yang lebih terarah pada pencapaian tujuan kelompok.

c.    Tahap Kegiatan, yaitu tahap “kegiatan inti” untuk membahas dan mengentaskan masalah pribadi anggota kelompok. Yang dilakukan dalam tahap ini diantaranya: awali kegiatan dengan memberikan motivasi dan membuat rasa nyaman dalam kelompok, setelah merasa nyaman, diskusikan tema buku secara umum, menentukan bahan yang tepat dengan kebutuhan, membahas maksud utama dalam buku, masalah, dan solusi lain yang mungkin untuk masalah yang dialaminya.

d.   Tahap Penutupan, yaitu tahapan akhir kegiatan untuk melihat kembali apa yang sudah dilakukan dan dicapai oleh kelompok.  Pada akhir pertemuan masing-masing peserta akan menyebutkan secara singkat bagaimana perasaan tentang proses kelompok serta merencanakan kegiatan selanjutnya.

Penerapan pendekatan Cognitive Behavior Therapy dengan teknik bibliotherapy, individu yang membaca buku dapat memahami apa yang harus dilakukan sebab pengaruh dari oleh bacaan dan literatur yang memberi banyak informasi dan dapat memotivasi. Selain itu, membaca dapat merubah perasaan, memberikan pemahaman baru dan meningkatkan  kemungkinan bahwa  individu akan  melaksanakan perilaku baru dan diinginkan.

 

SIMPULAN DAN SARAN


Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa konseling kelompok CBT dengan teknik bibliotherapy dapat menjadi salah satu alternatif dalam upaya mengatasi masalah individu. Tujuan utama konseling kelompok CBT dengan teknik bibliotherapy adalah untuk memberikan informasi guna mengembangkan rasa yang lebih positif dari diri mereka sendiri, belajar tentang dunia, mengatasi stres, memberikan wawasan terhadap suatu masalah, menegaskan pikiran dan perasaan, merangsang diskusi tentang masalah, menciptakan kesadaran orang lain yang memiliki masalah yang sama, memberikan solusi untuk masalah, mengkomunikasikan nilai-nilai dan sikap baru, dan menemukan makna dalam kehidupan yang terkait dengan perilaku yang merugikan.

Pendekatan ini fokus pada pemahaman dan perubahan pola pikir atau kognisi konseli. Terapis bekerja bersama klien untuk mengidentifikasi pemikiran negatif atau distorsi kognitif dan menggantinya dengan pemikiran yang lebih sehat dan realistis. Kemampuan kognitif yang baik juga berdampak pada strategi belajar konseli. Konseli dengan perkembangan kognitif yang kuat cenderung mampu mengatur waktu belajar mereka, dan menggunakan metode pembelajaran yang lebih efektif. Hal ini dapat berkontribusi pada pencapaian prestasi belajar yang lebih tinggi.

 

DAFTAR PUSATAKA


Chairani, Nabila. (2015). “Potensi Bibliotherapy dalam Mengurangi Kecemasan Akibat Hospitalisasi Pada Anak Usia Sekolah”. Jurnal BIMIKI, 3 (1) ISSN 2338-4700.  

Corey, Gerald. (2013). Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy (9th edition). California: Brooks/Cole.

Eliasa. (2007). “Bibliotherapy Bertema Karir Untuk Meningkatkan Motivasi Karir Pada Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling”. Jurnal Universitas Negeri Yogyakarta, hlm 1-14.

Kurnanto, Edi. (2013). Konseling Kelompok. Bandung: ALFABETA.

Shechtman, Zipora & Rivka Nir–Shfrir. (2008). “The Effect of Affective Bibliotherapy on Clients Functioning in Group Therapy”. International  Journal of Group  Psychotherapy, 58 (1).

Novitawati. (2011). “Pengaruh Rational Bibliotherapy terhadap penurunan perilaku Merokok dengan Transtheoritical Model of Behaviour Change sebagai Acuan Pengukuran”. Jurnal Anima, 16 (3).

Riyahinia, Makarem, Farajipoor, Haseli. (2015). “The Impact of Group Bibliotherapy on the Self-Esteem of Children Abused by Work Labor”. Journal of research Iranian counseling association, Volume 14, Number 54 (7-2015) 2015, 14(54): 111126.

Solikin, Asep. (2015). “Bibliotherapy Sebagai Sebuah Teknik Dalam Layanan Bimbingan Dan Konseling”. Anterior Jurnal, 14 (2), 154 – 161.

White, Suzanne Degges, Nancy L. Davis. (2012). Integrating the Expressive Arts  Into Counseling Practice Theory-Based Interventions. USA: Richie Herink and Paul Richard Herink.

Wibowo. Mungin Eddy. (2005). Konseling Kelompok Perkembangan. Semarang: Unnes Press.

Sclabassi, Sharon Henderson. (2012). Bibliotherapy. Psychotherapy Guidebook : International Psychotherapy Institute.